Sifat Tahan Luntur dan Intensitas Warna Kain Sutera Dengan Pewarna Alam Gambir (Uncaria gambir Roxb) Pada Kondisi Pencelupan dan Jenis Fiksator Yang Berbeda

Failisnur Failisnur, Sofyan Sofyan

Abstract


Gambier (Uncaria gambir Roxb) contains tannin compounds that can be used as a dye for textile products. Tannins are complex compounds in plant tissues when reacted with certain metal ions will form a specific colour. Result of strength and colour direction depend on dyeing condition and kind of fixator in fixation process. Purpose of the research to decide a right of dyeing condition and kind of fixator which were desired in order to produce colour variation, colour strength value, and a good colour fastness. The dyeing was conducted in hot condition (60-70ºC) in room temperature (27-30ºC) with fixator Al2(SO4)3, CaO,, and FeSO4. Result of the research was found a colour direction that was variative enough on silk fabrics started from yellow, golden yellow, brownish red, brown, moss green until blackish green. The optimum condition was obtained in hot dyeing (60-70ºC), kind of fixator CaO that produced intensity and higher darkness colour (K/S value) as high as 19.174 and colour fastness of washing 40oC, bright light and heat pressure was good and very good (4-5).

ABSTRAK

Gambir (Uncaria gambir Roxb) mengandung senyawa tanin yang dapat digunakan sebagai pewarna pada produk tekstil. Tanin merupakan senyawa komplek pada jaringan tumbuhan yang bila direaksikan dengan ion-ion logam tertentu akan membentuk warna yang spesifik. Intensitas dan arah warna kain yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kondisi saat pencelupan dan jenis fiksator pada proses fiksasi. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan kondisi pencelupan yang tepat dan pemilihan jenis fiksator yang diinginkan dalam menghasilkan variasi warna, nilai intensitas dan ketahanan luntur warna yang baik. Pencelupan dilakukan dalam suasana panas (60-70ºC) dan pada suhu kamar (27-30ºC), dengan pembangkit warna (fiksator) Al2(SO4)3 (tawas), CaO(kapur tohor) dan FeSO4 (tunjung).  Hasil penelitian didapatkan arah warna yang cukup variatif pada kain sutera mulai dari kuning, kuning keemasan, merah kecoklatan, coklat, hijau lumut sampai hijau kehitaman.  Kondisi optimum diperoleh pada pencelupan panas (60-70ºC), jenis fiksator CaO yang menghasilkan intensitas dan ketuaan warna lebih tinggi (nilai K/S) sebesar 19,174 dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40ºC, sinar terang hari dan penekanan panas bernilai baik sampai sangat baik (4-5).




Keywords


Gambier; Natural dyes; Silk fabric; Colour strength; Colour fastness

Full Text:

PDF

References


Arimurti, F.A., dan Sunarya, Y.Y. 2013. Eksplorasi pewarna alam Indigo dipadukan dengan sistim tekstil modular pada produk fesyen. 2013. Jurnal Fakultas Seni rupa dan Desain (FSRD) ITB. Bandung

Atikasari, A. 2005. Kualitas tahan luntur warna batik cap di griya batik Larissa Pekalongan (Skripsi) Universitas Negeri Semarang. Semarang

Badan Pusat Statistik. 2011. Sumatera Barat Dalam Angka. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Sumbar. Padang

Badan Standardisasi Nasional. 2010. SNI ISO 105-C 06: 2010. Uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian 40oC (perubahan dan penodaan warna). BSN. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2010. SNI ISO 105-801: 2010; Uji ketahanan luntur warna terhadap sinar terang hari. BSN. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 2010. SNI ISO 105-XII: 2010. Uji ketahanan luntur warna terhadap penekanan panas (nilai perubahan dan penodaan warna). BSN. Jakarta.

Djufri, R., et al, (1976), “Teknologi pengelantangan pencelupan dan pencapan”, Institut Teknologi Tekstil, Bandung

Etherington, R. 2002. A Dictionary of descriptive terminology: Vegetable Tannin. http://palimpsest.standart.edu./don/dt.3686.html. Diakses tanggal 4 Januari 2010.

Failisnur dan Yeni, G. 2013. Stabilisasi limbah cair hasil pengolahan gambir dan aplikasinya sebagai pewarna pada kain sutera. Jurnal Biopropal Industri, Volume 4 No. 1 Juni 2013.

Gitopadmojo, 1978. Pengantar kimia zat warna. Institut Teknologi Bandung

Hosseini, M., Montazer, M., Damerchely, R. 2013. Enhancing dye-ability and antibacterial features of silk through pre-treatment with chitosan. Journal of Engineered Fibers and Fabrics Volume 8, Issue 3–2013 http://www.jeffjournal.org

Kulkarni, S.S., Gokhale A.V., Bodake U.M., Pathade G.R. 2011. Cotton dyeing with natural dye extracted from Pomegranate (Punica granatum) Peel. Universal Journal of Environmental Research and Technology Volume1, Issue 2: 135-139.

Kumaresan, M., et al. 2013. Comparison of fastness properties and colour strength of dyed cotton fabrics with eco-friendly natural dyes. The Experiment, International Journal of Science and Technology Ed. Mar, 2013 Vol. .8(3), 483-489

Mansour, H.F., Heffernan, S. 2011. Environmental aspects on dyeing silk fabric with sticta coronata lichen using ultrasonic energy and mild mordants. Original paper. Clean Techn Environ Policy (2011) 13:207–213, DOI 10.1007/s10098-010-0296-2

Markham, KR. 1988. Cara mengidentifikasi flavonoid. ITB Bandung

Michel, M.N, Tera FM, Ibrahim SF (2002) Effect of chemical modification of cotton fabrics on dyeing properties. J Appl Polym Sci 85:1897–1903

Mirjalili, M., and Karimi, L. 2013. Extraction and characterization of natural dye from Green Walnut shells and its use in dyeing Polyamide: Focus on Antibacterial Properties. Journal of Chemistry Volume 2013 (2013), Article ID 375352, 9 pages http://dx.doi.org/ 10.1155/2013/375352

Narayanaswamy, V.,Gowda, K.N.N,, Sudhakar, R. 2013. Dyeing and color fastness of natural dye from Psidium guajuva on Silk. Journal of Natural Fibers. 10:3, 257-270, DOI: 10.1080/15440478.2013.797948

Nazir, N. 2000. Gambir, budidaya, pengolahan dan prospek diversifikasinya. Yayasan Hutanku. Padang

Ruwana, I. 2008. Pengaruh zat fiksasi terhadap ketahanan luntur warna pada proses pencelupan kain kapas dengan menggunakan zat warna dari limbah kayu Jati (Tectonagrandis). (Skripsi) Universitas Negeri Semarang.

Silva, A.B., Silva, M.G., Arroyo, P.A., Barros, M.A.S.D. 2013. Dyeing mechanism of wool and silk with extract of Allium cepa. Chemical engineering transactions Vol. 32. AIDIC. The Italian Association of Chemical Engineering.

Suheryanto, D. 2010. Optimalisasi celupan ekstrak daun mangga pada kain batik katun dengan iring kapur. Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Sulasminingsih. 2006. Studi komparasi kualitas kain kapas pada pencelupan ekstrak kulit kayu pohon Mahoni dengan mordan tawas dan garam diazo. (skripsi). Universitas Negeri Semarang.

Sunaryati, S., Hartini, S., dan Ernaningsih. 2000. Pengaruh tatacara pencelupan zat warna alam daun sirih pada hasil pencelupan kain sutera. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN Yogyakarta. 25-26 Juli 2000.

Taufik, E., Yulianti, A. Barizi, E.K Hayati. 2010. Isolasi dan Identifikasi senyawa aktif ekstrak air daun Paitan (Thitonia diversifolia) sebagai bahan insektisida botani untuk pengendalian hama tungau Eriophyidae. Universitas Maulana Malik Ibrahim . Malang

Thrope JF and Whiteley MA 1921. Thrope’s dictionary of applied chemistry. Fourth Edition. Vol.II. Longmans, Green and Co. London. 434-438

Yusmeiarti, Failisnur, Syarief, R., Marjali, dan Yurnita. 2005. Pemanfaatan limbah cair pengolahan gambir untuk pewarna tekstil. Laporan hasil penelitian Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang

Yusmeiarti, Failisnur, Hermiyanti, W., Marjali, Syafruddin, D., dan Yurnita. 2007. Penelitian stabilisasi dalam penyimpanan limbah pengolahan gambir sebagai pewarna tekstil. Laporan hasil penelitian Balai Riset dan Standardisasi Industri Padang




DOI: http://dx.doi.org/10.24960/jli.v4i1.634.1-8

Refbacks

  • There are currently no refbacks.





Our journal indexed by:




Copyright © Baristand Industri Padang, 2015. Powered By OJS

Theme design credited to MEV edited by JLI

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License