Corak Etnik dan Dinamika Batik Pekalongan
Abstract
ABSTRAK
Batik Pekalongan mempunyai ciri khas atau karakter yang berbeda dengan batik dari daerah pesisir lainnya. Corak yang berbeda ini karena adanya pengaruh budaya dari etnis-etnis pembuat batik yang berdomisili di Pekalongan, yaitu etnis Jawa, etnis Cina dan etnis Belanda. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan tinjauan dan mengkritisi lebih dalam ciri khas atau karakter corak dari batik yang dihasilkan para pembatik dari etnis yang berbeda di Pekalongan. Metode pendekatan yang dipakai yaitu studi kepustakaan dan eksplorasi di lapangan. Beberapa sampel motif dari ketiga etnis pembatik dianalisis untuk mengetahui keunikan dan kekhasannya masing-masing, serta dengan tinjauan aspek-aspek lain yang melingkupi dinamika industri batik di Pekalongan. Hasilnya menunjukkan bahwa latar belakang budaya yang berbeda menghasilkan corak batik baru yang kemudian menjadi ciri khas batik Pekalongan secara umum. Ada tiga corak batik Pekalongan yaitu: Batik Pekalongan bergaya Jawa, Batik Pekalongan bergaya Cina, dan Batik Pekalongan bergaya Belanda, yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri yang membedakan corak batik di antara mereka. Kajian ini dapat menjadi inspirasi pembinaan seni dan industri kreatif di daerah lain yang multietnis.
Kata-kata kunci: batik, corak, etnis
ABSTRACT
Pekalongan batik has a specific or a different characteristic from other batik of coastal areas. The
style is differently from other because of the cultural influences of ethnic batik maker who lives in Pekalongan, namely Javanese, Chinese and Dutch. This paper aims to conduct a review and criticize the deeper characteristics or specific pattern of the Pekalongan batik results from the different ethnics. Approximation method used is library research and exploration in the field. Several samples of the three ethnic batik motifs were analyzed to determine the uniqueness and each characteristic, as well as the review of other aspects surrounding the dynamics of the industry in Pekalongan batik. The results show that different cultural backgrounds produce new batik patterns that later became the hallmark of Pekalongan batik in general. There are three Pekalongan batik patterns: Javanese, Chinese, and Dutch style which each of them has its own uniqueness that distinguishes batik patterns among themselves. This study may be the inspiration of art and creative industries development in other areas of the multiethnic.
Key words: batik , complexion , ethnic
Full Text:
PDFReferences
Ayu, M. R. 2007. Hak Moral, Indikasi Asal, dan Hak Kebudayaan. (http://batikpekalongan.wordpress.com/2007/12/09/hak-moral-indikasi-asaldan-hak-kebudayaan/, diakses 12 Oktober 2013).
Badudu, J.S. dan Sutan Muhammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dharsono. 2007. Budaya Nusantara. Bandung: Rekayasa Sains.
Djoemena, Nian, S. 1990. Ungkapan Sehelai Batik, Its Mystery and Meaning. Jakarta: Djambatan.
__________ 1990. Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan.
Eskak, Edi. 2012. “Mendorong Kreativitas dan Cinta Batik Pada Generasi Muda”. Majalah Ilmiah Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB). Vol.30, No. 1 Juni 2013.
Ember, C.R. dan Melvin Ember. 1994. Cultural Antropology. New York:
Printice-Hall.
Feldman, E.B. 1991. Arts as Image and Idea atau Seni sebagai Wujud dan Gagasan, diterjemahkan oleh S.P. Gustami. Yogyakarta: FSRD ISI Yogyakarta.
Gustami, S.P. 2000. Butir-butir Mutiara. Estetika Timur, Ide Dasar Penciptaan Seni Kriya Indonesia, Yogyakarta: Pratista.
Gratha, Benny. 2012. Panduan Mudah Belajar Membatik. Jakarta: Demedia Pustaka.
Hamidin, Aep, S. 2010. Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Narasi.
Hamzuri. 1994. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.
Haviland, William A. Antropologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Kitley, Philip Thomas. 1987. “Batik dan Kebudayaan Populer”. Prisma No. 5, Th.XVI.
Kuntjaraningrat. 1990. Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta: UI-Press. “Omzet Batik Pekalongan Rp 400 juta Per Hari”. 2009. Kompas, 25 September.
Purwohandoko, P.H. 2000. Kapita Selekta Hak Kekayaan Intelektual I. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum FH UII Yogyakarta bekerja sama
dengan Yayasan Klinik HAKI Jakarta.
Prasetyo, Anindito. 2010. Batik Karya Agung Warisan Budaya Dunia.
Yogyakarta: Pura Pustaka.
Pratiwi, Hesti. 2012. “Kebangkitan Kembali Batik Belanda”.
(http://female.kompas.com/read/2012/11/07/20365724/Kebangkitan.Kembali.Batik.Belanda/, diakses 12 Oktober 2013).
Badan Standardisasi Nasional. 1989. SNI 08-0239-1989: Istilah Batik. Jakarta: BSN.
Soedarso Sp. 2000. Tinjauan Seni : Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Suku Dayar Sana.
Soerjono, Soekamto. 1983. Pribadi dan Masyarakat, Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung: Penerbit Alumni.
Sudarmono. 1990. “Dinamika Kultural Batik Klasik Jawa (Kajian Seni Batik Klasik)". Makalah Sarasehan Budaya. Surakarta: TBS.
Suryanto (ed). 2009. Batik Indonesia Resmi Diakui UNESCO.
(http://www.antaranews.com/berita/156389/batik-indonesia-resmi-diakuiunesco/, diakses 14 Mei 2013).
Susanto, S.K.S. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Penelitian Batik dan Kerajinan, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Departemen Perindustrian RI.
Veldhuisen, H.C. 1993. Batik Belanda 1840-1940. Diterjemahkan oleh Agus Setiadi. Jakarta : Gaya favorit Press.
Wijayanti, L. dan Pratiwi, R. 2013. Menjadi Perancang dan Perajin Batik. Solo: Metagraf.
http://www.pekalongankota.go.id, diakses 12 Oktober 2013.
DOI: http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v30i2.1113
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2013 Irfa'ina Rohana Salma

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah indexeed by :