Teknologi Ukir Krawangan pada Bambu Betung (Dendrocalamus Asper)
Abstract
ABSTRAK
Bambu betung (dendrocalamus asper) merupakan jenis bambu besar dan berbuluh tebal yang di Indonesia potensinya masih cukup melimpah. Bambu betung memiliki kesulitan dalam pengerjaan ukir. Pelaksanaan kegiatan ujicoba pembuatan aksesoris interior dengan teknik ukir krawangan pada bambu betung ini, prosesnya terdiri dari: persiapan bahan (pemotongan, pengawetan dan pengeringan), perancangan desain produk (sumber inspirasi, sketsa alternatif dan gambar kerja), serta pembuatan produk (meliputi: pembentukan global/awal, pembuatan krawangan, pengukiran dan finishing). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik pelobangan (krawangan) dengan bor 4 kali lobang kemudian diteruskan dengan gergaji hand jigsaw didapatkan kecepatan rata-rata (4 x 5.1) + 20 = 40,4 detik untuk ukuran lubang 3 – 4 cm, tebal 1,5 cm bentuk variasi lurus lengkung, pada kondisi bambu setengah basah (magel). Ini berarti 5 kali lebih cepat dari pada pemahatan manual (209.1 detik), serta hasil yang didapat lebih rapi dan lebih bersih. Kondisi terbaik untuk pembuatan krawangan adalah kondisi setengah basah (magel) yaitu kadar air bambu 30-60%.
Kata kunci : bambu betung, ukir krawangan, aksesoris interior.
ABSTRACT
Dendrocalamus Asper (Betung Bamboo) is a type of bamboo with thick culm wall, which is have good potential in Indonesia but the utilization still relatively abundant. Betung Bamboo also has a weakness and difficulty in carving, that will be investigated to find a solution from this study. In the implementation of pilot activities to the manufacture of interior accessories krawangan on Betung bamboo carving techniques, the process consists of: preparation of materials (cutting, curing and drying), the design ofthe product design (the source of inspiration, sketches and working drawings alternative), and manufacturing products (including : the formation of global / scratch, making krawangan, carving and finishing). Fromthe results showed that the holling technique (krawangan) with four times thedrill hole is then forwarded with hand saws jig saw obtained an average speed (4x5.1) + 20 = 40.4 seconds for the hole size 3-4 cm, thick 1.5cm straight curved shape variation, in bamboo shalf-wet conditions (magel). This means 5 times faster than the manual sculpting (209.1 seconds), and the results are neater and cleaner. The best conditions for making krawangan is half wet conditions (magel) the water content of 30-60% bamboo.
Keywords: bamboo, carving krawangan, accessories interior
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Eskak, Edi. 2009. Perawatan Benda Cagar Budaya Bahan Kayu dalam Materi Pelatihan Tenaga Teknis Museum. Dinas Kebudayaan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Eskak, Edi. 2000. Pemanfaatan Limbah Industri Mebel Untuk Penciptaan Karya Seni. Laporan Tugas Akhir Penciptaan Seni. Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta.
Effendy, Sobar. 1975. Pengawetan Bambu. Penyuluhan dan Promosi Hasil Industri. Dirjen Aneka Industri dan Kerajinan. Jakarta.
Gerbono, Anton. 2005. Aneka Anyaman Bambu. Kanisius. Yogyakarta.
Haryoto. 2008. Membuat Kursi Bambu. Kanisius. Yogyakarta.
Morisco. 1993. Pengaruh Lamina Bambu Terhadap Kuat Lentur Balok Laminasi. UGM Yogyakarta.
Prayitno, T.A. 2009. Ekolabel Sertifikasi Kayu Sebagai Tanggung Jawab Lingkungan dalam Peningkatan Kwalitas Mebel dan Kerajinan Kayu Ekolabel : Masalah dan Solusi. Cakrawala Media.
Yogyakarta.
Suheryanto, Dwi dkk. 2008. Penelitian Pembuatan Bambu Lapis Untuk Produk Furniture dan House Ware. Laporan Penelitian. BBKB Yogyakarta.
Widjaja, W.S. 1995. Perilaku Mekanika Batang Struktur Komposit Lamina Bambu dan Phenol Formaldehide. Thesis S-2. Program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta.
DOI: http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v31i0.1081
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2012 Edi Eskak, Harnandito Paramadharma, Irfa'ina Rohana Salma

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah indexeed by :