Makna Motif Mirong Bangsal Witana dan Bangsal Manguntur Tangkil Keraton Yogyakarta

Sukirman Sukirman

Abstract


ABSTRAK

Mirong adalah satu di antara macam motif ragam hias pada tiang Bangsal Witana, Bangsa Manguntur Tangkil, dan beberapa bangsal lainnya di dalam Keraton Yogyakarta. Mirong ikut memperindah tampilan tiang bangsal. Mirong berfungsi sebagai ornamen penambah keindahan, dan simbol tentang makna tertentu. Para interpreter memaknainya dari sudut pandang bentuk, kepercayaan dan agama, yaitu mirong sebagai bentuk kaligrafi huruf Arab Alif-lam-mim atau Alif-lam-mim-ra, gambaran sosok Kanjeng Ratu Kidul, dan gambaran Kalifatullah. Di balik sejumlah makna yang ada, ternyata terdapat makna-makna yang tersembunyi yang dapat diungkap. Hubungan antar makna yang sudah ada, sudut pandang orientasi arah hadap motif, letak dan hierarki, ternyata dapat digunakan untuk mengungkap makna-makna yang baru. Simulasi-simulasi motif dibantu beberapa prinsip korektif, semakin mempermudah membuka makna yang tersembunyi, dan akhirnya dapat diangkat ke permukaan. Semuanya semakin menambah beragamnya makna mirong, tanpa menutup makna yang telah ada. Motif mirong ternyata memiliki makna sebagai status terpenting, yaitu bahwa motif mirong adalah gambaran sosok Sultan. Mirong semestinya juga sebagai tanda tentang hak milik suatu bangunan, bahwa bangunan yang dikenai motif mirong menandai sebagai hak milik Keraton atau atau sebagai milik Sultan. Masyarakat pada umumnya oleh karena itu dapat mempertimbangkan tingkat kelayakan secara etika kemungkinan penerapan mirong pada bangunan miliknya atau bangunan di luar Keraton.

 

Kata kunci: Mirong, Alif-lam-mim-ra, Kalifatullah, Sultan

 

ABSTRACT

Mirong is decorativ motif on the pillars at Bangsal Witana, Bangsal Manguntur Tangkil, and some other bangsal in Yogyakarta Palace. Mirong embellieshs the appearance of the pillar. Mirong has fungtion ornament to additition esthetic, and symbol of specific meanings. The interpreters deffine its meanings from such as from its shape, belief and religion, that is mirong as shape calligraphy of Arabian letter Aif-lam-mim or Alif-lam-mim-ra, representation of Kanjeng Ratu Kidul, and representation of Kalifatullah. Behind those meanings, there are other hidden meanings to be revealed. The relation between existing meaning, motif direction orientation, placing and hierarchy, can be used to uncover new interpretations. Motif simulations, aided by some corrective principle, will ease to reveal the hidden meanings which eventually can be brouth up. Those new meanings will enrich the verious of mirong meanings, without omitting the existing ones. The mirong motif, is also a mark of buiding property of The Palace or Sultan. Therefore, the common people should consider the appropriateness of putting the motif on their buildings or other buildings outside The Palace.

 

Keyword: Mirong, Alif-lam-mim-ra, Kalifatulah, Sultan

Keywords


mirong;alif-lam-mim-ra;kalifatulloh;sultan

Full Text:

PDF

References


Djelantik. 1999. Estetika Sebuah Pengantar,. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia.

Fay, B. 1996, Conteporary Philosophy of Sosial Science. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc 350 Main Street Malden USA.

Gustami. 1980. Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta STSRI “ASRI”.

Ismunandar. 1993. Joglo Rumah Tradisional Jawa. Semarang: Dahar Prize Percetakan dan Penerbitan.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Penerbit UI (UIPRESS).

Moeliono A.M. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Dep Dip Bud.

Sobur, A. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Slamet. 1981-1982. Arsitektur Tradisional Daerah Jawa Tengah. Jakarta: Dep Dik Bud.

Soerjono Soekanto. 1990. Sosilogi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukirman. 2011. Ragam Hias Bangsal Witana Sitihinggil Utara Keraton Yogyakarta, Kajian Ikonologis. Tesis Pengkajian Seni. Yogyakarta:

Program Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia.

Wibowo. 1986-1987. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta:Dep Dik Bud, dalam Projek Inventarisasi Kebudayaan Daerah.

Yahya A. 2000. Jurnal Seni, VII/03. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia




DOI: http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v32i2.1028

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2012 Sukirman Sukirman

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

 Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah indexeed by :